Kisah Nabi Adam dan Siti Hawa yang paling melekat adalah ketika Allah melarang untuk memakan buah khuldi namun mereka melanggarnya.
Allah kemudian memerintahkan mereka untuk turun ke bumi, menjadi manusia pertama yang ada di bumi.
Namun sebenarnya buah Khuldi itu apa sih? Berikut penjelasannya.
Buah Khuldi Itu Buah Apa?
Dalam Islam, jawabannya jelas tidak ada dalil shahih yang menyebutkan jenis buah itu.
Namun jelas, Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 35 melarang Adam dan Hawa untuk mendekati buah tersebut.
Dalam sebuah riwayat, dari Abu Hurairah RA mengatakan Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya, di dalam surga terdapat sebatang pohon yang jika seorang pengendara melewati naungan pohon itu selama seratus tahun, niscaya ia tidak akan dapat melewatinya, (yaitu) pohon khuldi.” (HR Ahmad)
Namun ada juga yang berpendapat jika buah ini adalah kata kiasan dari makna keturunan, atau pembuahan manusia.
Hal ini didasarkan pada kata Syajaratul Khuldi, dimana kata “Syajaroh” bisa berarti Silsilah (Keluarga).
Pendapat ini kami ambil dari video TikTok @awaanstory yang berasal dari Prof. KH. Buya Syakur Yasin MA.
Kisah Nabi Adam Memakan Buah Khuldi
Allah menciptakan Nabi adam dan Hawa dan menempatkan mereka di surga.
Bahkan para Malaikat diperintahkan sujud sebagai tanda penghormatan, namun berbeda dengan iblis yang menolak melakukan hal itu karena kesombongannya.
Kehidupan di surga penuh dengan kenikmatan, dan Allah membolehkan mereka menikmati segalanya, kecuali satu hal, jangan mendekati pohon terlarang.
Larangan ini terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 35 yang artinya :
“Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!”.
Walaupun tidak dijelaskan dengan jelas dalam Al-Qur’an tentang buah apa namun dalam Tafsir Tahlili, pohon tersebut adalah pohon keabadian.
Selanjutnya, dalam Qur’an Surat Al-A’raf ayat 20, dikisahkan jika setan membisikan untuk memakannya karena akan kekal didalam surga.
Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya yang berakibat tampak pada keduanya sesuatu yang tertutup dari aurat keduanya. Ia (setan) berkata, “Tuhanmu tidak melarang kamu berdua untuk mendekati pohon ini, kecuali (karena Dia tidak senang) kamu berdua menjadi malaikat atau kamu berdua termasuk orang-orang yang kekal (dalam surga).”
Melansir dari haibunda.com dari Ibnu Katsir menjelaskan dalam Kitab Taurat menjelaskan jika yang memberitahu Hawa untuk memakan buah itu adalah seekor ular yang menyebabkan Hawa memakan buah yang dilarang.
Dari sumber yang sama, dijelaskan ketika itu meta mereka berdua terbuka, Adam dan Hawa baru menyadari jika tubuhnya masing-masing telanjang.
Kemudian mereka menemukan daun dari pohon tin lalu diancam dan dijadikan penutup tubuh mereka.
Kenapa Buah Khuldi Tidak Boleh Dimakan?
Buah khuldi tidak boleh dimakan karena Allah secara tegas melarangnya. Bukan soal rasanya, bukan pula soal manfaatnya, tetapi karena itu adalah ujian ketaatan.
Allah ingin menguji Adam dan Hawa, apakah mereka patuh pada larangan-Nya atau terpengaruh oleh godaan setan.
Ternyata, manusia pertama pun bisa tergoda.
Dari sini kita belajar bahwa larangan Allah adalah untuk kebaikan kita, bukan untuk membatasi kebebasan.
Hikmah dan Pelajaran untuk Kita
Kisah Nabi Adam bukan sekadar sejarah, tapi cermin bagi kehidupan kita sekarang.
- Kita juga diuji dengan larangan Allah di dunia ini, dari yang kecil hingga yang besar.
- Kita pun setiap hari menghadapi godaan setan dalam berbagai bentuk.
- Namun, seperti Nabi Adam, kita juga diberi jalan taubat jika terlanjur salah.
Allah tidak menutup pintu ampunan bagi hamba-Nya, bahkan setelah kesalahan besar sekalipun.
Kesimpulan
Jadi, buah yang dimakan Nabi Adam adalah buah khuldi, tetapi Islam tidak menyebutkan secara spesifik jenis buahnya.
Inti dari kisah ini bukanlah rasa buah itu, melainkan ujian ketaatan, godaan setan, dan pentingnya bertaubat.
Mari kita ambil pelajaran jangan sampai godaan dunia menjauhkan kita dari Allah. Sebab, dunia hanyalah sementara, tetapi ketaatan dan ampunan Allah adalah jalan menuju surga yang kekal.