Wajib Tahu, Begini Tata Cara Niat Wudhu dan Bacaanya

Tata Cara Niat Wudhu

Niat hukumnya wajib bagi orang yang melakukan ibadah, dan tanpa niat maka ibadahnya tidak sah khususnya menurut Madzham Imam Syafi’i.

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Umam bin Khotob RA, Nabi Muhammad SAW, bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى (رواه البخاري ومسلم)

Artinya: “sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan”. (HR. Bukhori dan Muslim).

Termasuk dalam wudhu, orang yang berwudhu diwajibkan untuk melakukan niat. Wudhu tanpa niat tidak sah. Terus bagaimana tata cara niat saat wudhu?.

Sebelum membahas tentang tata cara niat dalam wudhu, mari kita ketahui dulu apa niat itu?, kapan dilakukannya? Dan dimana tempatnya? Serta apa hukumnya?

Baca Juga : Tata Cara Membasuh Kedua Tangan Saat Wudhu

Niat

niat

Pengertian Niat

Niat secara bahasa adalah al-Qashdu yang artinya menyengaja (bermaksud).

Sedangkan dalam istilah syariat islam, niat adalah menyengaja (bermaksud) sesuatu dengan dibarengi melakukannya.

Hukum Niat

Seperti yang kita ketahui bahwa setiap amal perbuatan yang dilakukan oleh manusia tergantung dari apa niat yang diucapkan.

Niat baik maka akan mendapat pahala baik. dan niat jahat jika dilakukan maka akan menjadi keburukan untuknya.

Niat dalam hati hukumnya wajib, sedangkan melafadzkannya hukumnya adalah sunnah.

Waktu Niat

Waktu melakukan niat adalah saat pertama kali masuk melakukan ibadah.

Tempat Niat

Tempat niat berada dalam hati. Seorang muslim diwajibkan niat dalam hati.

Keutamaan Niat dalam Islam

Keutamaan Niat dalam Islam

Salah satu keutamaan niat adalah mendapatkan pahala ketika berniat melakukan amal kebaikan walaupun tidak jadi melakukan amal tersebut.

Sebagaimana Hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:

عَن ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً (رواه البخاري)

Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma, dari Nabi ﷺ yang beliau riwayatkan dari rabbnya (hadits qudsi) ‘Azza wa Jalla berfirman yang beliau sabdakan: “Allah menulis kebaikan dan keburukan,” selanjutnya beliau ﷺ jelaskan, “Siapa yang berniat kebaikan lantas tidak jadi ia amalkan, Allah mencatat satu kebaikan di sisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat lantas ia amalkan, Allah mencatatnya sepuluh kebaikan hingga dilipatgandakan tujuh ratus kali, bahkan dilipatgandakan pada jumlah yang sangat banyak, sebaliknya barang siapa yang berniat melakukan keburukan kemudian tidak jadi ia amalkan, Allah mencatat baginya satu kebaikan di sisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat keburukan, lantas ia lakukan, Allah mencatat baginya sebagai satu keburukan saja”. (HR. Bukhori)

Baca Juga : 13 Sunnah Sunnah dalam Wudhu untuk Menyempurnakannya

Tata Cara Niat dalam Wudhu

Tata Cara Niat Wudhu

Tata-cara niat wudhu dengan salah satu bentuk niat wudhu, yaitu mengucapkan dalam hatinya saat membasuh wajah:

Pertama: Berniat mengangkat hadats, atau berniat mngerjakan kewajiban berwudhu.

Adapun lafadz niat wudhu sebagai berikut:

نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ الْأَصْغَرِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

Teks latin: Nawaitul wudhu’a liraf’il hadatsil ashghari fardhan lillahi ta’ala

Artinya:

“Saya niat berwudhu untuk mengangkat hadas kecil, wajib karena Allah Ta’ala”

Beda halnya jika seseorang yang senantiasa berhadats yang artinya hadastnya tidak pernah putus, maka niatnya tidak seperti niat yang pertama.

Kedua: Berniat istibahah, yaitu berniat wudhu agar diperbolehkan melakukan ibadah yang mengharuskan wudhu terlebih dahulu agar ibadahnya sah, seperti: sholat, menyentuh dan memegang mushaf al-qur’an dan towaf.

Cara niat yang kedua ini berlaku untuk orang yang selalu berhadats. Contoh lafadz niatnya untuk sholat sebagai berikut:

نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِاسْتِبَاحَةِ الصَّلَاةِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

Teks latin: Nawaitul wudhu’a listibahatish sholati fardhan lillahi ta’ala

Artinya:

“Saya niat berwudhu agar diperbolehkan sholat, wajib karena Allah Ta’ala”

Contoh lafadz niat untuk thowaf:

نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِاسْتِبَاحَةِ الطَّوَافِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

Teks latin: Nawaitul wudhu’a listibahatith thowaafi fardhan lillahi ta’ala

Artinya:

“Saya niat berwudhu agar diperbolehkan thowaf, wajib karena Allah Ta’ala”

Contoh lafadz niat untuk menyentuh dan memegang mushaf al-qur’an:

نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِاسْتِبَاحَةِ مَسِّ المُصْحَفِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

Teks latin: Nawaitul wudhu’a listibahati massil mushafi fardhan lillahi ta’ala

Artinya: “Saya niat berwudhu agar diperbolehkan menyentuh mushaf, wajib karena Allah Ta’ala”

Waktunya niat adalah ketika pertama membasuh wajah.

Jika sebelum membasuh wajah mengerjakan sunnah-sunnah wudhu, maka ketika melakukan sunnahnya berniat melakukan kesunahan, dan kemudian niat fardhu wudhu saat membasuh wajah pertama kali.

Bagaimana Jika Niat Wudhu? Apakah Tetap Sah Wudhunya?

Niat merupakan rukun wudhu yang harus dipenuhi oleh orang saat berwudhu. Jika ia lupa niat maka wudhunya tidak sah dan harus mengulangi wudhu.

Referensi:
1. Kitab al-Mu’tamad fi al-Fiqh asy-Syafi’i, Syekh Prof. Dr. Muhammad az-Zuhaili.

Leave a Comment